Monday, November 26, 2007

Kecilkan Diri Untuk Besarkan Diri


Dari judulnya mungkin Anda menilai aneh, lucu, atau sesuatu yang tidak mungkin. Kadang kita memang sering melihat sesuatu yang tidak bisa difahami ketika ada orang menyampaikan kata bijak, seperti kalimat : mengalah untuk menang! Mungkinkah?

Barangkali seperti itulah ide dari tulisan ini dibuat. Kadang ketika kita menyombongkan diri dengan menyatakan palugada (apa lu mau gua ada), kita jadi terkesan rakus dan Belem tentu semua bisa. Tapi ketika kita menyatakan bahwa kita fokus pada pekerjaan tertentu, malah sering mendapat order lain diluar yang fokus sebagai additional order.

Bak sebuah cerita dalam dunia perbakulan (pedagang), di sebuah kawasan telah lahir Warung Ayam Goreng.

Warungnya laris manis dan membuat siapapun ingin ikut-ikutan untuk membuat warung ayam goreng yang sama.Para pesaingnya membuat berbagai macam strategi untuk menjualnya. Misalnya menambah kata Ayam Goreng Gurih, Ayam Goreng Enak, atau Ditanggung Kenyang dan lain-lain.

Ada yang buka lebih jauh. Ada yang agak dekat dalam radius 50 meter, ada yang terang-terangan berhadapan atau berdampingan.Ketika bisnis Anda bersebelahan dengan bisnis yang sudah proven (teruji), kita harus sekreatif mungkin untuk melakukan strategi, termasuk model bisnis dan proses bisnis. Karena, kalau salah analisa dan strategi, bisa mengganggu operational cost akibat banyaknya opportunity lost.

Nah, ketika ada satu Warung Ayam Goreng (WAG) dan sebelahnya ada Ayam Goreng Muslim & Halal (AGMH) pasti akan seru jadinya. Dari jangkauan pasar (market), tentu WAG akan menjangkau seluruh khalayak. Calon pembeli dari berbagai usia, latar belakang, pendidikan, dan agama, tidak dibedakan. Siapapun Anda bisa menikmati menu yang ada di WAG.

Sementara warung satunya yang memekai embel-embel Muslim dan 100% Halal atau AGMH tentu menggoda konsumen. Meski sebagian besar orang tahu bahwa ayam adalah daging yang boleh dimakan siapapun, dan halal, tetapi dengan penambahan label Khusus Muslim dan 100% halal pasti memiliki pengaruh. Pendekatan emosional dimainkan dalam hal ini. Bisa jadi seolah-olah yang WAG menjadi belum tentu halal.

Sejatinya penambahan label halal dan khusus muslim tersebut, bila diperhatikan menunjukkan bahwa si pedagang AGMH telah melakukan decrease (penurunan) calon pembeli (pangsa pasar). Artinya, bila penduduk sebuah daerah itu jumlahnya 100 ribu, seluruhnya adalah calon konsumen atau target market WAG. Sedangkan AGMH mendapatkan sisanya, yakni dikurangi khalayak yang non muslim dan yang sensitive terhadap makanan halal saja.

Meski secara size atau volume pasar pedagang kedua dengan label AGMH itu telah mengecilkan jangkauan targetnya, namun diyakini bahwa kondisi itu akan semakin membuat AGMH lebih laku. Tentu saja dengan kondisi tertentu, misalnya dengan jumlah penduduk muslim diyakini lebih besar jumlahnya dibanding lain.Ini hanya salah satu contoh belaka, yang kebetulan ada kaitannya dengan kedekatan agama. Namun, bukan tidak mungkin banyak pengusaha melakukan penurunan target pasar dengan ramai-ramai men-Syariah-kan bisnisnya.

Tengok saja misalnya Hotel Sofyan Jakarta, yang diakui semakin tinggi okupansinya rate-nya setelah mendeklarasikan sebagai hotel syariah. Kini juga muncul di Medan, dimana saat ini dua hypermarket besar Carefour dan Giant menyerbu ibukota Sumatera Utara itu, sang jago local Macan Supermarket kelimpungan tersedot pembelinya. Lalu sang pengusaha menambahkan label Supermarket Syariah untuk Macam.

Apakah jurus ini manjur, pasar yang menjawabnya. Tentu harus ada pendekatan kreatifitas lain untuk bertahan dan menang.



Salam Funtasticc

Sumber : Sapto Anggoro, detik

Agus Ali
"Menuju 11 Digit"

No comments: