Wednesday, October 31, 2007

Magang Brand Ala Pixar







Penyanyi Reza Artamevia yang suaranya bagus, dulu pernah menjadi backing vokal dari grup pop kenamaan Dewa. Setelah "magang" diketahui bahwa kualitas Reza bagus dan kemudian berani merilis album sendiri.

Begitu pula kabarnya Piyu yang sekarang menjadi pentolan grup band Padi juga pernah menjadi pemain additional di grupnya Ahmad Dhani. Kemudian Piyu mendirikan Padi dan melejit kasetnya laris.

Pola yang dilakukan mereka, barangkali adalah seperti "magang" ke sebuah ikon besar yang di kemudian hari tampil sendiri dengan lebih berani dan meraih sukses.

Loh kok contohnya penyanyi semua? Padahal kan kita mau bicarakan bisnis, brand, dan lain-lain. Okelah, kita melompat ke brand bisnis. Tentu sekarang, kalau Anda ditanya film animasi yang banyak beredar saat ini, diproduksi oleh siapa? Dengan cepat akan menyebut nama Pixar.

Perusahaan bisnis multimedia yang membuat film-film animasi top seperti Finding Nemo, Monster Inc, Bugs, dan lain-lain pada empat tahun lalu tidak dikenal. Pixar juga belum tahu bagaimana mekanisme menjual film yang benar dan bargaining position diantara broker-broker film dunia masih belum diperhitungkan.

Bisa-bisa kalau dia langsung masuk ke dunia film, dengan segala carut marutnya, langsung memasarkannya sendiri, akan menemui banyak kendala. Steve Jobs sebagai bos Pixar meluncur dengan deferensiasi yang jelas: spesialis animasi. Membuat film animasi yang benar-benar nyata. Rapi, bersih, seolah gambar-gambar buatannya benar-benar bernyawa. Hidup.

Dia mengambil pola "magang" dulu ke perusahaan bisnis film yang segmennya tak jauh dengan film-film karyanya, yakni Disney yang dikenal raja kartun, Pixar mulai perjalanan bisnisnya. Jadilah merger yang startegis antara Pixar dan Disney. Bila selama ini Disney kebanyakan main di tv, Pixar justru mengandalkan jualannya untuk layar lebar.

Setiap film animasi yang muncul di bioskop atau dvd Anda, selalu muncul nama Pixar. Mencolok, di awal, sebelum film utama tayang. Seringkali tulisan Pixar menyala itu menjadikan brand Pixar melekat. Seolah tertinggal di pelupuk mata kita. Tahunya film animasi bukan lagi Disney tapi Pixar.

Tatkala proses brandingisasi Pixar sudah melekat di mind masyarakat, saatnya Jobs sebagai nakhoda Pixar melakukan renegoisasi dengan bos Disney Michael Eisner tentang pola bagi hasil pendapatan (sharing revenue) yang lebih menguntungkan Pixar. Permintaan naik dari 10% dari peredaran dan lebih dari 50% hasil lain diluar film itu sendiri, mengagetkan Disney yang masih merasa bahwa Pixar pasti masih butuh Disney.

Ternyata tidak. Jobs dan Eisner tidak menemukan kesepakatan. Karenanya, Pixar yang merasa cukup magangnya di Disney -- pun berani tampil sendiri menjual karya-karyanya yang makin mewabah dan ditunggu orang. Kerjasama antara Disney dan Pixar akan diakhiri ditandai dengan dirilisnya film Cars.

Ini film terakhir yang diedarkan Disney buatan tim kreatif Steve Jobs.Apakah Pixar akan mengedarkan sendiri film-film berikutnya. Tampaknya Jobs tidak mau mencampuradukkan kreativitas (production) dengan marketing (delivery, distribution). Dia tidak mau mengutak-atik Pixar yang sudah established.

Sebagai risiko dari perceraianya dengan Disney, Jobs pun membuat anak perusahaan sendiri yang mengurusi distribusi. Maka lahirlah Emeryville, perusahaan yang khusus mengurusi distribusi Pixar yang tak lain anak perusahaan Pixar sendiri.

Nah proses ini bisa dilakukan oleh rekan-rekan pebisnis lainnya, tanpa mengurangi rasa hormat terhadap orang yang kita jadikan tempat magang tentunya dan murni untuk bisnis.


Salam Funtastic



Agus Ali S.
"Menuju 11 Digit"
Work Hard, Pray Hard, Play Hard

No comments: